khotbah 40 hari duka cita
Bacaan: Pengkhotbah 7:1-14. Kesedihan bisa berguna bagi jiwa kita. Kesedihan dapat menyingkapkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri kita dan Allah. Kesedihan membuat kita jujur menilai diri sendiri, juga membuat kita merenungkan motivasi, maksud, dan keinginan kita.
TRIBUNJOGJACOM, SLEMAN - Ucapan duka cita terus membanjiri media sosial pasca-meninggalnya seorang suporter PSS Sleman Tri Fajar Firmansyah. Tri Fajar Firmansyah meninggal di RS Harjolukito
Terjemahanfrasa DUKA CITA dari bahasa indonesia ke bahasa inggris dan contoh penggunaan "DUKA CITA" dalam kalimat dengan terjemahannya: Ini duka cita riil?
Seemore of Hari duka cita on Facebook. Log In. Forgot account? or. Create new account. Not now. Community See All. 1 person likes this. 1 person follows this.
Renungan Khotbah Kristen Pengucapan syukur Duka Filipi 4:13. DEAR PELANGI. Blog yang berbagi Spirit, Informasi dan Inspirasi melalui Firman Tuhan dan Suka Duka Kehidupan Keterbatasan mengetahui hari esok, dan lain - lain. 2. Allah itu tidak terbatas. Karena itu Allah sanggup untuk menolong kita. Tidak ada waktu sedetik pun di mana Allah
Wie Kann Ich Einen Mann Kennenlernen.
Minggu, 11 Juli 2021 Baca 1 Tesalonika 413-18 413 Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan. 414 Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia. 415 Ini kami katakan kepadamu dengan firman Tuhan kita yang hidup, yang masih tinggal sampai kedatangan Tuhan, sekali-kali tidak akan mendahului mereka yang telah meninggal. 416 Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit; 417 sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan. 418 Karena itu hiburkanlah seorang akan yang lain dengan perkataan-perkataan ini. Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia c LAI 1974 Kami tidak mau, . . . kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan. —1 Tesalonika 413 Dalam perjalanan menuju bandara Heathrow, London, pengemudi taksi menceritakan kisah hidupnya kepada kami. Ia tiba di Inggris seorang diri saat berusia lima belas tahun, dengan tujuan menjauhi kehidupan yang sulit dan peperangan di kampung halamannya. Sekarang, sebelas tahun kemudian, ia sudah berumah tangga dan dapat menafkahi keluarganya, sesuatu yang tidak dapat dilakukan sekiranya ia masih tinggal di negaranya. Namun, ia juga sedih karena ia masih terpisah dengan keluarga dan saudara-saudara kandungnya. Ia mengatakan bahwa perjalanan hidupnya yang berat itu tidak terasa lengkap jika ia belum bisa berkumpul kembali dengan keluarganya. Terpisah dari orang-orang yang kita kasihi dalam hidup ini memang berat, tetapi kehilangan orang terkasih karena kematian terasa lebih berat dan membekaskan rasa kehilangan yang tidak akan teratasi hingga kita bertemu kembali dengan mereka. Kepada jemaat mula-mula di Tesalonika yang merenungkan tentang kematian, Paulus menulis, “Kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan” 1Tes. 413. Ia menjelaskan bahwa sebagai orang percaya di dalam Tuhan Yesus, kita dapat hidup dengan pengharapan akan bertemu lagi dengan mereka—untuk bersama-sama selamanya di hadirat Kristus Tidak ada pengalaman hidup yang meninggalkan bekas begitu mendalam seperti perpisahan, tetapi di dalam Yesus kita memiliki pengharapan untuk dipersatukan kembali. Di tengah dukacita dan kehilangan, janji tersebut dapat memberikan kepada kita penghiburan yang kita butuhkan —Bill Crowder WAWASAN Para ahli memperkirakan populasi Tesalonika pada abad pertama sekitar jiwa—kota yang sangat besar pada masa itu. Sebagai komunitas pelabuhan di Laut Aegea, Tesalonika adalah kota persimpangan penting yang menjadi titik pertemuan perdagangan dan kegiatan militer Romawi. Dominasi agama Yunani yang menyembah berhala, ditambah penduduk Yahudi yang vokal, menjadikan kondisi kota itu sebagai tantangan bagi jemaat Tuhan di Tesalonika. Tantangan-tantangan tersebut mengakibatkan penganiayaan berat, terutama dari para pemimpin rumah ibadat Yahudi. Setelah Paulus berkhotbah di rumah ibadat Yahudi selama tiga hari Sabat berturut-turut lihat Kisah Para Rasul 171-4, para pemimpin Yahudi menanggapi dengan kekerasan dan menuduh Paulus berkhianat kepada Kaisar Dari awal penuh gejolak itu, tumbuhlah salah satu jemaat paling signifikan pada era Perjanjian Baru—jemaat yang oleh para ahli dianggap sebagai teladan ideal komunitas orang percaya 1 Tesalonika 17. —Bill Crowder Bagaimana kematian orang terkasih telah meninggalkan bekas dalam hidupmu? Bagaimana cara Yesus menyediakan pertolongan dan pengharapan yang kamu butuhkan? Bapa, tidak ada satu hal pun di dunia yang dapat mengisi kekosongan hati yang kualami karena kematian orang yang kukasihi. Dekatkanlah diriku kepada-Mu agar aku terhibur oleh kasih dan karunia-Mu. Bacaan Alkitab Setahun Mazmur 1-3; Kisah Para Rasul 171-15
Renungan Harian Misioner Jumat, 22 Mei 2020 Hari Biasa Pekan Paskah VI P. S. Rita dr Cascia Kis. 189-18; Mzm. 472-3,4-5,6-7; Yoh. 1620-23a 1620 “Aku berkata kepadamu Sesungguhnya kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan bergembira; kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita.” 1621 “Seorang perempuan berdukacita pada saat ia melahirkan, tetapi sesudah ia melahirkan anaknya, ia tidak ingat lagi akan penderitaannya, karena kegembiraan bahwa seorang manusia telah dilahirkan ke dunia.” 1622 “Demikian juga kamu sekarang diliputi dukacita, tetapi Aku akan melihat kamu lagi dan hatimu akan bergembira dan tidak ada seorang pun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari padamu.” 1623 “Dan pada hari itu kamu tidak akan menanyakan apa-apa kepada-Ku.” Dalam amanat perpisahan dengan para murid-Nya, Yesus memberi tahu terlebih dahulu bahwa mereka akan mengalami dukacita. Beberapa hal yang menjadi alasan adalah sebagai berikut Pertama, mereka akan kehilangan sebuah figur yang sudah dekat, tidak hanya secara emosional tetapi juga spiritual. Kedekatan yang sudah sedemikian dalam tentu akan meninggalkan “rongga” di dalam dada para murid. Bagi yang telah mengalami ditinggalkan oleh orang tua, pasangan hidup, atau anak, tentu bisa merasakan sendiri apa arti sebuah kehilangan. Ada sesuatu yang “hilang” dalam hidup ini. Kedua, sikap dunia yang anti Kristus, akan membuat para murid-Nya menangis dan meratap. Dunia yang pada waktu itu diwakili oleh kaum Farisi dan Ahli Taurat jutru akan bergembira. Bagi mereka, dengan kematian Yesus, maka para murid-Nya tidak akan lagi menjadi gangguan. Bisa jadi mereka berkata dalam hati “Kita telah menyingkirkan pemimpin mereka, dan tidak ada lagi satu kelompok orang yang menentang kita. Kita aman.” Ketiga, dukacita para murid menjadi semakin dalam karena apa yang mereka harapkan tidak menjadi kenyataan. Kekecewaan inilah yang di kemudian hari terbukti pada diri kedua murid yang berjalan pulang menuju Emaus, seperti terungkap dalam kata-kata ini “Dia adalah seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa kami. Tetapi imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami telah menyerahkan Dia untuk dihukum mati dan mereka telah menyalibkan-Nya. Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel” Luk. 24 19-21. Kematian Yesus di kayu salib benar-benar menjadi tragedi bagi mereka. Tiga hari lamanya mereka berduka. Tetapi dukacita berubah seketika menjadi sukacita tatkala Yesus bangkit dari alam maut. Kebangkitan mengubah segalanya. Salib bukan lagi tragedi melainkan kemenangan. Bagi Paulus, salib justru adalah “kemuliannya” Gal. 614. Wejangan Yesus kiranya menjadi kekuatan spiritual hidup ini, terlebih ketika kita mengalami berbagai macam pencobaan dan penderitaan di tengah pandemi yang berkepanjangan ini. Inilah saatnya kita membaca Kitab Suci yang selalu mengingatkan kita untuk percaya bahwa Dia tetap hadir dan menyertai perjalanan hidup umat-Nya. Inilah saatnya kita memohon kasih karunia-Nya agar kita tetap kuat dalam bertahan. Paulus sangat yakin bahwa kekuatan yang berlimpah-limpah dalam dirinya bukan berasal dari manusia, melainkan dari Allah “Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian; kami dihempaskan, namun tidak binasa” 2 Kor. 48-9. Hanya kasih karunia Allah yang dapat membuat kita tetap bersukacita saat ini. Bersukacita dalam penderitaan bukanlah sesuatu yang mustahil. Paulus menyaksikan sendiri bagaimana kasih karunia Allah itu telah diberikan kepada jemaat di Makedonia “Mereka dicobai dengan berat dalam pelbagai macam penderitaan, tetapi sukacita mereka meluap” 2 Kor. 12. Akhirnya marilah kita percaya akan firman ini, bahwa penderitaan yang kita alami tidaklah sebanding dengan kemuliaan yang akan kita terima. RP. Anton Rosari, SVD – Imam Keuskupan Bogor DOA PERSEMBAHAN HARIAN Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu. Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini Ujud Evangelisasi Kesetiaan para diakon Semoga para diakon, dengan kesetiaannya pada pelayanan Sabda Tuhan dan orang miskin, bisa menjadi simbol Gereja yang inspiratif dan menggugah semangat umat. Kami mohon… Ujud Gereja Indonesia Maria Bunda Keteguhan Hati Semoga di tengah kebingungan dan ketidakpastian, umat Katolik mau meneladan Bunda Maria sebagai Bunda Keteguhan Hati. Kami mohon… Ujud Khusus Bunda Maria menyertai kami, untuk dipersatukan dengan Sang Putera dalam mengupayakan keadilan bagi seluruh bangsa kami. Kami mohon… Amin
Nyanyian Rohani 16 yang berjudul “Sekarang B’ri Syukur” adalah salah satu Nyanyian Gerejawi yang sangat terkenal dan telah dinyanyikan sejak tahun 1600-an. Lagu ini berisi ajakan untuk bersyukur dan membesarkan nama Tuhan. Juga pengakuan tentang betapa luar biasanya anugerah dan mujizat berkat Tuhan. Ternyata lagu ungkapan syukur ini diciptakan dalam situasi penuh pergumulan dan derita. Lagu ini syairnya di tulis oleh Pdt. Martin Rinckart kemudian melodinya digubah oleh Johann Crugger seorang komponis terkenal dari Jerman. Martin Rinckart lahir di Kota Eilenberg Jerman. Ia seorang anak tukang perunggu yang kehidupan keluarganya pas – pasan. Martin remaja aktif di gereja dan menjadi anggota paduan suara Gereja St. Thomas di Lepzig Jerman. Martin bercita – cita menjadi Pendeta. Ia harus bekerja dan belajar sangat keras hingga Lulus dari Universitas Leipzig. Perjuangannya tidak sia – sia, Martin Rinckart menjadi Pendeta dan ditempatkan di Eilenberg, kota kelahirannya. Namun masa – masa itu adalah masa perang sedang bergolak di Jerman di tahun 1618-1648. Perang bergolak, Wabah penyakit sampar melanda, dan kelaparan terjadi di Eilenberg. Pdt. Martin bergumul dalam derita keluarganya yang semakin terhimpit secara ekonomi tapi juga derita umat Tuhan yang menjadi korban perang, sakit dan mati kelaparan. Betapa beratnya pergumulannya karena adakalanya Pdt. Martin harus memimpin kebaktian pemakaman sebanyak 40 – 50 kali dalam satu hari. Namun melewati masa pergumulan dan derita itu, Pdt. Martin mengakui bahwa jemaat tidak dapat melewati gumul dan derita itu, dengan belas kasihan manusia. Gumul dan derita itu dapat dilewati hanya karena anugerah Tuhan, hanya mujizat Tuhan. Karena itu ayat 2 lagu ini berbunyi “Roh Tuhan memberi kekuatan dan t’rang di atas bah’ya maut, kuasaNya menang”. Pengalaman iman Pdt. Martin dan jemaat di Leipzig memberi pelajaran iman bahwa meskipun mengalami pergumulan dan derita tapi pengharapan di dalam Tuhan dan ungkapan syukur kepada Allah dapat menguatkan iman mereka Apa yang dialami oleh Pdt. Martin, juga sudah dialami oleh Rasul Paulus. Dalam bacaan kita Paulus mengajak jemaat di Filipi untuk bersukacita. “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan”. Waktu itu Paulus sedang mengalami derita, dipenjarakan karena pekerjaan pemberitaan Injil. Jemaat di Filipi juga sedang mengalami derita. Jemaat mengalami penganiayaan karena iman kepada Kristus. Tapi Paulus tidak marah. Paulus juga tidak menyesali nasibnya. Paulus justru mengajak jemaat untuk bersukacita. Paulus mengingatkan jemaat dan Filipi juga keluarga dan kita semua bahwa sukacita orang percaya tidak tergantung pada kondisi yang dialami. Sumber sukacita kita adalah kehadiran Kristus yang menyertai kita dalam segala situasi. Jika Kristus hadir maka apapun yang dialami termasuk dukacita yang terjadi tanpa di duga karena kehilangan buah cinta dalam keluarga besar. Dukacita itu hanya dapat dihadapi Keluarga dengan kekuatan yang diberikan Kristus. Di dalam Tuhan kita mengalami sukacita yang sejati. Sukacita sejati yang tidak bergantung kepada situasi atau peristiwa-peristiwa tertentu tapi sukacita yang keluar dari hati dan jiwa yang dipenuhi oleh damai sejahtera Allah. Sukacita dari Kristus juga berkaitan erat dengan kebaikan hati. Paulus menasihati jemaat untuk tetap bersukacita dan bersyukur. Menggumuli semua hal dalam doa, menyatakan kebaikan hati kepada semua orang karena setiap orang percaya mengalami kehadiran Kristus dan kasih Kristus. Dengan demikian kita dapat mengalami damai sejahtera Allah. Seperti yang dialami oleh Pdt. Martin Rinckart sehingga ia dapat mengarang lagu “Sekarang Bri Syukur” walau di tengah derita juga yang dialami oleh Paulus dan yang dialami oleh Keluarga bahwa hanya oleh anugerah Allah dalam Tuhan Yesus sajalah yang mendatangkan sukacita dan ucapan syukur dalam kehidupan kita. Saat kesedihan, derita dan kecemasan terjadi maka bergumullah dan bawalah semuanya dalam doa. Doa dan ucapan syukur membuat kita mengalami damai sejahtera Allah sehingga kita tetap bersyukur dan bersukacita di dalam Tuhan. Kita dapat membubungkan pujian kepada Allah dan mengaku dengan iman “Engkaulah yang besar selama- lamanya”. Tuhanlah yang besar diatas segala gumul dan derita. Dalam kasih dan kuasa Tuhan yang besar Tuhan merangkul keluarga dan kita semua dalam dukacita ini. Tuhan memampukan kita bersyukur dalam derita. Dan dalam duka serta derita, iman kita bertumbuh. Amin.
Quarenta é um número que aparece algumas vezes na Bíblia simbolizando tanto um tempo de preparo quanto de consagração. Além disso também um número que indica um período de tempo indicado no plano de salvação de Deus. Exemplos de 40 Dias Dramáticos na Bíblia Jornada de quarenta 40 dias de Elias ao Monte caminhou quarenta dias e quarenta noites até Horebe, o monte de Deus. 1 Reis 198 Os quarenta 40 dias de Jesus no deserto e a sua tentação. Lucas 42 Ascensão de Jesus quarenta 40 dias após a sua ressurreição. Atos 13 Os homens de Israel espiaram a terra de Canaã por quarenta 40 dias. Números 1325 Moisés esteve quarenta 40 dias no Monte. Sinai Quarenta dias foi o desafio de Golias pela manhã e à tarde; 1 Samuel 1716 Chuva sobre a terra quarenta dias e quarenta 71 Publicidade 1 - Jornada de quarenta 40 dias de Elias No Antigo Testamento, Horebe parece ser um outro nome para o Monte Sinai, "a montanha de Deus", onde Moisés recebeu os Dez Mandamentos. Ele ora pedindo um basta tendo em vista de seu problema com Jezabel e pede ao Senhor que tira a sua vida agora, pois não é melhor do que os seus antepassados ”1 Rs 19 4.Depois de sua oração, ele viaja por mais 40 dias e 40 noites e chega ao Monte Horebe. 2 - Os quarenta 40 dias de Jesus no deserto e a sua tentação. Lucas 42 Mateus 4 1 Para alguns autores é uma alusão a jornada de Elias. Mateus escreve que Jesus “foi levado pelo Espírito ao deserto, para ser tentado pelo diabo”. E Ele não comeu nada durante aqueles dias, e quando eles terminaram, Ele ficou com fome. 3 - Ascensão de Jesus quarenta 40 dias após a sua ressurreição Foram os quarenta dias entre o tempo de quando Cristo ressuscitou no terceiro dia depois de ser crucificado até quando subiu ao céu para se unir ao Pai. 4 - Os homens de Israel espiaram a terra de Canaã por quarenta 40 dias. Números 1325 Moisés enviou 12 espias, um de cada tribo para observar a Terra de Canaã. Segundo texto foram 40 dias de espera, e os espias voltaram de explorar a terra, encontraram a Moisés e Arão, e entregaram um relatório a toda a congregação de Israel no deserto de Parã, em Cades. 10 dos espias fizeram um relato negativo e desanimador, mas dois Josué e Calebe foram positivos. 5 - Moisés esteve quarenta 40 dias no Monte. Sinai Depois de dar as instruções, Deus entregou a Moisés os Dez Mandamentos escritos por sua própria mão em tábuas de pedra. Período em que Moisés esteve na montanha por quarenta dias e quarenta noites, e os israelitas fizeram o Bezerro de Ouro. 6 - Quarenta dias foi o desafio de Golias pela manhã e à tarde; 1 Samuel 1716 Golias tinha lançado seu desafio todas as manhãs e todas as noites durante 40 dias, desafiando nos exércitos de Israel um homem, para que possa lutar. Não é surpresa que os exércitos de Israel estivessem "desanimados e com muito medo". Veja também 👉 Pregue sermões impactantes com o Livro Pregação Expositiva Sua importância para o crescimento da Igreja. Clique aqui. 👉 Adquira o Livro Teologia sistemática ao alcance de todos, um livro elucidativo e essencial para todos aqueles que buscam respostas bíblicas sólidas para suas perguntas mais importantes. Clique aqui e confira! Compartilhe nas Redes Sociais! Autor Ronaldo G. Silva. Professor de Homilética e Teologia do Antigo Testamento. Pós-Graduado em Educação pela UFF.
khotbah 40 hari duka cita